Pengalaman mengikuti Program IVLP Multi Regional "An Advanced Digital Economy" di Amerika Serikat
Alhamdulillah diberikan
kesempatan yang luar biasa untuk dapat mengikuti program bergengsi ini dari
organisasi dan Kedubes Amerika Serikat di Jakarta setelah lulus seleksi dan
wawancara. Pengalaman pertama berangkat sendiri mewakili negara Indonesia,
pengalaman pertama ke negara Paman Sam dan pengalaman pertama menghadiri event
internasional. Program ini diikuti oleh 25 peserta kalangan profesional dari
seluruh dunia, ada dari perwakilan negara -negara di Eropa (UK, Spanyol,
Italia, Norwegia, Switzerland, Portugal, Belgia, dll), Afrika, Amerika Latin
(Brazil dan Peru) dan Asia (Korea, Timor Lester), khusus ASEAN hanya ada dua
negara yaitu Indonesia dan Laos. Perwakilan dari negara Laos ternyata pernah
bertemu di pertemuan ASEAN di negara Thailand pada bulan Maret ini.
1. Persiapan
sebelum keberangkatan
Persiapannya
termasuk persiapan yang sangat matang, pihak Kedubes AS di Jakarta telah
membantu dengan baik terkait proses pembuatan visa (foto visa harus kelihatan
batas garis rambut), pemesanan tiket (menggunakan airlines dari AS (United),
dan adanya pertemuan sebelum keberangkatan dengan pihak konsuler yang
menjelaskan bagaimana kondisi budaya, sosial, politik di Amerika Serikat. Judul
programnya adalah “Advance Digital Economy” yang memiliki tujuan sebagai
berikut:
a. Untuk mempertemukan dengan stakeholder sektor
TIK baik pemerintah dan swasta untuk memahami ekonomi digital dan kondisi saat
ini
b. Mempelajari tentang perkembangan open internet
dalam menjamin keamanan siber
c.
Mempelajari tentang upaya pemberantasan
kejahatan siber
d. Mempelajari bagaimana regulasi dan hokum negara
bagian di AS yang mempengaruhi perkembangan ekonomi digital.
e. Menguji analisis kesenjangan dan pengembangan
rencana aksi yang spesifik terkait factor kelemahan dari sektor TIK atau
keamanan siber.
2. Perjalanan
menuju Amerika Serikat
Perjalanan ke
Amerika Serikat membutuhkan waktu lebih dari 24 jam. Awalnya dari Indonesia
naik pesawat ANA menuju bandara Narita
selama 7 jam. Dalam perjalanan duduk sebangku dengan Bapak dari Padang
(sekampung). Dia rencananya akan ke Kanada untuk pertemuan tahunan kantornya. Sesampainya
di Bandara Narita, waktunya lumayan ketat sekitar 2 jam dilanjutkan perjalanan
ke Chicago selama 13 jam. Di dalam pesawat, saya berbincang dengan seorang pria
dari negara AS yang tinggal di Washington DC, dia banyak menceritakan bagaimana
kondisi disana, lalu dia menasehati agar tidak jalan sendirian di malam hari. Selanjutnya,
dia juga membantu menjelaskan tentang bagaimana cara untuk menyerahkan koper
yang nantinya harus diambil dulu dibandara O’Hare. Alhamdulillah, sesampainya
di Chicago, Pihak Kemlu AS telah menyediakan satu relawan yang membantu untuk
proses di imigrasi dan pengambilan koper dan penyerahan koper yang sangat
otomatis (tinggal diserahkan ke petugas) serta dia mendampingi menuju ke
terminal untuk perjalanan selanjutnya ke penerbangan domestic yang perlu pindah
terminal. Setelah melewati proses check in dan imigrasi, maka kita berpisah.
Untungnya, saya ingat pesan darinya bahwasanya harus sering check papan jadwal
penerbangan karena bisa berubah tiba-tiba untuk lokasi gatenya. Transit di
bandara Chicago memang cukup lama memakan waktu sekitar 4 jam. Saya pun bisa
keliling dulu cuci mata dan menikmati lalu lalangnya penumpang di salah satu
bandara tersibuk di AS. Saya ketemu lagi
dengan pria yang sebangku di penerbangan sebelumnya, ternyata dia malah
berusaha memberi tahu bahwa gate berubah, apabila saya tidak diberi informasi
maka saya bisa ketinggalan pesawat. Kami pun bergegas menuju gate yang jauh
dari gate sebelumnya, perlu menyeberang dan melewati terowongan. Hal yang
paling tidak menyenangkan adalah rasa makanannya dikarenakan saya harus makan
makanan khusus muslim atau halal, makanannya terasa plain/ga ada rasa sama
sekali. Di penerbangan menuju ke
Washington DC, saya naik pesawat United dan duduk bersebelahan sama seorang wanita
yang tinggal di Pennsylvania. Awalnya saya menawarkan biscuit yang saya bawa
dari Indonesia. Ternyata, dia sangat menyukainya. Kami akhirnya saling
berbincang dan tiba-tiba dia bilang Assalammualaikum, saya pun kaget kalo dia
adalah warga negara AS yang keturunan Pakistan.
Perjalanan dari Chicago ke Washington DC sekitar 2 jam, memang karena
saya kecapekan, sayapun banyak istirahat. Sesampainya di bandara sudah
menunjukkan pukul 23.30, saya segera menunggu koper. Namun, karena saya tidak
punya uang receh 1 dolar sebanyak 5 buah untuk membayar tip bagi supir taksi.
Sayapun beranikan diri untuk menukar uang dengan ibu tersebut. Dia dijemput
oleh suaminya, diapun memperkenalkan saya dengan suaminya dan suaminya malah
kagum karena saya adalah orang yang terpilih untuk ikut program IVLP. Dia mengetahui
program IVLP merupakan program bergengsi di Amerika Serikat dan beliaupun
menjelaskan bahwa banyak alumni program ini yang menjadi pemimpin.
Bapak tersebut
menukarkan uangnya, lalu tiba-tiba ibu itu bertanya saya mau kemana. Saya
menjelaskan bahwasanya saya harus naik taksi menuju Hotel Marriot. Ibunya
kasihan karena hari sudah menunjukkan pukul 12 malam dan agak berisiko kesana
sendirian. Beliaupun berdiskusi dengan sang suami dan memutuskan untuk
mengantar saya ke hotel. Selain dianter, sayapun dikasih bekal makanan kebab
dan roti. Rezeki anak sholehah, sudah dianter gratis lalu juga dapat makanan
buat dinner. Setibanya di hotel, Mr Todd sudah menunggu. Ini pertama kalinya
kenal dengan Mr Todd yang ramah, dia segera menjelaskan secara singkat tentang
kegiatan besok di hari pertama dan meminta untuk mengambil kunci hotel dan
dokumen materi IVLP selama 3 minggu.
Selanjutnya
tentu saja bergegas menuju kamar, karena badan rasanya sudah gatal pengen mandi
dan rebahan di Kasur. Namun, perut juga terasa lapar. Setibanya di kamar,
kamarnya sangat nyaman, ada tempat buat coffeenya, dan sekamar sendiri jadi
lebih privasi. Setelah mandi lanjut makan kebab yang enak banget lalu segera
tidur karena besok harus bangun pagi untuk mengikuti program.
3. Pengalaman
selama di Washington DC
Minggu, 8
September 2019
Hari pertama di
Washington DC, kami diminta berkumpul di lobby dan saya pun pertama kalinya
bertemu dengan 24 perwakilan negara lainnya di seluruh dunia. Kami
diperkenalkan dengan tur guide yang cantik bernama Nona Ryhs Leahy.
![]() |
Gambar 1. Foto Depan Museum Lincoln |
![]() |
Gambar 2. Foto Grup IVLP depan White House |
Dia menjelaskan
sejarah dan politik AS, konsep demokratik, sistem federal, pembagian kekuasaan
dan nilai sipil dibawah demokrasi konstitusional. Kita berkunjung ke beberapa
objek wisata di AS yaitu White House (Gedung Putih), Museum Lincoln, Capitol
Hill, Monumen Washington, dan siangnya kami diberi kesempatan untuk berkunjung
ke Museum. Saya dan Kim, temen saya dari Korea, memutuskan untuk menuju ke
Museum Antariksa. Disana, saya melihat perkembangan teknologi penerbangan
hingga proyek NASA ke bulan. Ada miniature roket dan beberapa seragam NASA
berikut sejarahnya, lalu kami pun berkeliling mencari souvenir oleh-oleh. Kim
membeli es krim yang dimakan oleh para astronot sedangkan saya membeli mainan pesawat
buat anak.
Washington
DC berlokasi di pertemuan Sungai Potomac dan Anacostia, diantara Negara Bagian
Maryland dan Virginia. bukanlah sebuah negara bagian (state) di Amerika
Serikat sehingga tidak ada perwakilan dari District yang menjadi perwakilan di
senat atau DPR. Jumlah populasi penduduk di Washington DC berjumlah 681.000
jiwa. Washington DC merupakan pusat bisnis dan politik internasional. Industri
pariwisata menjadi industri utama dimana 18 – 19 juta pengunjung data ke
Washington DC setiap tahun. Pertumbuhan utama adalah sektor keuangan dan
internet. Selain itu, banyak pusat Pendidikan dan penelitian termasuk beberapa
kampus bergengsi yaitu Georgetown University, the George Washington University,
Howard University, American University, the Catholic University of America, the
University of the District of Columbia, and Gallaudet University.
Ada beberapa destinasi wisata lainnya yang
menarik di Washington DC yaitu National Mall, The Smithsonian Institution termasuk
Museum Sejarah Alam, Museum Sejarah Amerika, Museum Hirshhorn dan Taman Seni , Galeri
Seni Asia, Museum Seni Afrika, the Freer Gallery, Galeri Seni Nasional, Museum Amerika-Indian,
Museum Sejarah dan Budaya Afrika – Amerika, Memorial Nasional Perang Dunia Kedua, Memorial
Vietnam, Memorial Perang Korea, Galeri Foto Nasional, Taman Botani AS, Arsip
Nasional, Perpustakaan Kongres, Museum Memorial Holocaust di AS, Thomas
Jefferson, Franklin D. Roosevelt, dan Dr. Martin Luther King, Jr dan beberapa
agen federal dan institusi pemerintahan berlokasi di Washington DC.
Di sore
hari kami ada pertemuan dengan Tuan Akram Elias sebagai ahli hubungan
internasional, beliau juga pendiri Capital Communication Group. Beliau menjelaskan
lebih lanjut tentang sistem pemerintahan Amerika Serikat, desentralisasi dan
proses pengambilan keputusan yang berasal dari sistem.
Senin, 9
September 2019
Di hari pertama,
kami berkumpul di Le Meridien Center untuk bertemu dengan panitia dari US State
Department yang bekerjasama dengan Pusat Internasional Meridien. Kami
berkenalan dengan Mr. Carlos, Ms Jill, dan Ms. Julia. Mereka menjelaskan tujuan
dari program ini dan mengharapkan bahwa peserta dapat memperoleh pengetahuan
yang memadai terkait Amerika Serikat.
![]() |
Briefing Pertama dengan Pihak Kemlu AS |
Hal ini pertama
kalinya kami saling mengenal satu sama lain dengan berbagai partisipan, ada
yang jadi pengacara, penggiat ekonomi digital, PNS dari kementerian pertahanan,
CERT, Badan Siber, kementerian luar negeri, kementerian kominfo, dosen di
beberapa kampus bergengsi, kalangan militer, penggiat media sosial, dan
beberapa perwakilan dari media. Siangnya kami mendapatkan jamuan makan siang,
khusus saya memperoleh makanan yang vegetarian.
Jam
menunjukkan pukul dua siang, kami segera ada pertemuan dengan US Departemen of
State yang dimoderatori oleh Ms. Ruth Berry dari Office
of International Communications and Information Policy, EB/CIP/BA. Ada beberapa
panelis yang hadir yaitu Mr Adam Lusin
selaku Direktur Kerjasama Multilateral dan Mr Daniel Oates dari institusi yang
sama, selanjutnya Mr Alex Greenstein selaku Direktur Perlindungan Privasi,
Kantor Industri Layanan Digital, Departemen Perdagangan, Administrasi
Perjanjian Internasional serta Ms. Liesyl Franz selaku Penasihat Senior terkait
Kebijakan, Kantor Koordinator Isu Siber.
Pembahasan utamanya adalah tentang kebijakan internet, perluasan
konektivitas, kebebasan internet, keamanan siber, dan isu telekomunikasi (5G). The Bureau of Economic and Business
Affairs’ Office of International Communications and Information Policy
(EB/CIP) bertanggung jawab untuk memformulasikan, koordinasi dan memberikan
pandangan kebijakan TIK secara internasional. Partner dari organisasi ini
adalah pemerintah internasional, kalangan pebisnis di AS, dan kalangan
masyarakat untuk mempromosikan jaringan yang kompetitif dan aman termasuk 5G
yang merefleksikan nilai dan kepentingan bersama negara AS.
![]() |
Forum 5G |
Komentar
Posting Komentar