Transformasi Rumah
yeay, lagi pengen buat tips desain rumah minimalis di blog aciak kali ini. Saya dah lama banget suka interior desain, malah waktu kecil suka bermimpi dan berangan-angan pengen punya rumah minimalis en temanya Scandinavian alias hitam putih. Pada awalnya, rada ragu untuk menyumbangkan barang-barang yang tidak "spark joy". Akhirnya, mencoba mempertahankan dan membeli barang-barang yang memang disukai dan ini butuh waktu yang tidak sebentar karena belinya sedikit demi sedikit agar bisa beli tunai.
Berikut ini gambaran perubahan atau transformasinya. Awalnya menggunakan wallpaper lingkaran, sofa warna merah yang sudah dibeli sebelum menikah (sofa yang dibeli dengan gaji pertama jadi PNS), bahkan meja warna hitam.
Kondisi Rumah Awal |
Banyak yang dilakukan perubahan untuk kondisi rumah:
- Dilakukan pengecatan dinding warna putih untuk memberikan kesan lapang, ternyata wallpaper lingkaran memang membuat rumah terkesan sempit.
- Meja hitam diganti dengan meja baru Ifurnholic warna putih dikarenakan meja hitam tersebut sudah lama dan dimakan rayap.
- Karpet lebih suka warna hitam putih biar senada dengan furniture.
- Sofa merahpun sudah lama dibeli dan kulit sofanya sudah mengelupas sehingga diganti covernya menjadi warna putih.
Ukuran rumah sangat sederhana yaitu luas bangunan 43 m2 sedangkan luas tanah 128 m2. Untuk kondisi dapurpun banyak metamorfosisnya dan perjuangannya. Pada awalnya masih menggunakan tembok dapur yang lama lalu dibuat kitchen set diatas, tembok keramiknya masih dipertahankan, Namun yang terjadi adalah kondisi lembab di daerah tersebut. Bahkan hal yang paling menyedihkan hampir ketimpa kitchen set bagian atas karena lembab lalu pakunya berkarat dan copot kitchen setnya. Alhamdulillah, masih dilindungi oleh Allah SWT, langsung cepat bereaksi lari ke ruang tengah. Semua piring, gelas baru hadiah pernikahan pecah, blender miyako hadiah pernikahan pecah. Oleh karena itu, tahun 2015 dilakukan renovasi kitchen set jadi warna putih agar sesuai temanya.
Sekarang cerita, kondisi di tanah sebelah yang awalnya seperti ladang, kita dulunya punya pohon matoa namun saat terjadi hujan lebat en angin badai, pohon matoa tersebut bisa tumbang mpe akar-akarnya dan mengenai tembok rumah samping. Alhamdulillah, tidak merusak rumah utama. Dengan luas tanah yang sisanya masih banyak yaitu kurang lebih 80 m2, apabila ingat masa-masa awal tinggal disini (awal pernikahan) maka setiap 2 minggu, saya harus mencabut rumput dan mencangkul tanahnya. Ada ide baru untuk di cor semen semuanya agar ga capek mencabut rumput di area yang sangat luas tersebut. Akhirnya di cor kasar dulu, di samping dijadikan arena bermain sepeda dan dibeli ayunan agar anak-anak senang berkumpul disana. Selain itu, dijadikan area mencuci baju dan menjemur pakaian. Beginilah kira-kira penampakannya.
Kondisi di Malam Hari |
Kondisi di siang hari |
Anak-anak sudah tambah dewasa dan mereka membutuhkan arena belajar dan bermain yang lebih luas. Maka di tahun 2017, saya memutuskan untuk membangun di samping dengan budget minimalis namun tetap terlihat menarik. Awalnya, mama menyarankan bangun dengan kayu dan menggunakan seng dimana budgetnya bisa ditekan sebesar 10 juta rupiah. Namun, dikarenakan kondisinya menyamping maka saya mencoba cari referensi rumah dengan budget minimalis, sehingga tiang bangunannya menggunakan baja ringan, atapnya awalnya pengen kaca agar murah dan tetap tahan lama maka dipilih menggunakan atap polycarbonate yang transparan. Sedangkan untuk lantai masih menggunakan cor-an yang lama belum dikeramik. Alhamdulillah, anak-anak senang bermain di samping,
Di akhir tahun 2019, anak-anak meminta agar lantai di keramik agar jadi rapi dan kalo bermain jatuh maka mereka tidak terluka kakinya. Oleh karena itu, rumah kecil disamping di keramik dan dilakukan perubahan layout.
Komentar
Posting Komentar